Rabu, 16 Januari 2013

filsafat


REALITIVITAS FILSAFAT, MANUSIA sebagai “MAHLUK ECONOMICUS”


A.     FILSAFAT INDUK ILMU
Apa yang anda pikirkan mengenai filsafat, ada yang memandang filsafat sebagai sumber segala kebenaran mengharapkan suatu kebahagian yang tulen dan jawaban atas segala pertanyaan-pertanyaan hidup.  Akan tetapi ada pula yang menganggap filsafat tidak lain hanya”obrolan belaka” yang tidak ada artinya bagi kehidupan sehari-hari. Jika kita mempertahankan filsafat sebagai suatu yang berharga, kita akan mengerti bahwa Keterbatasannya kemampuan akan budi manusia dalam usahanya untuk memecahkan soal-soal tentang “ada”.
 ("Ah, sekiranya filsafat bisa dekat dengan kehidupan kita dalam senda gurau dan kesungguhan menatap bianglala") ALKISAH bertanyalah seorang awam kepada ahli filsafat yang arif bijaksana: “Coba sebutkan kepada saya berapa jenis manusia yang terdapat dalam kehidupan ini berdasarkan pengetahuannya! “Filsuf itu menarik nafas panjang dan berpantun Ada orang yang tahu di tahunya Ada orang yang tahu di tidak tahunya Ada orang yang tidak tahu di tahunya Ada orang yang tidak tahu di tidak tahunya “Bagaimana caranya agar saya mendapatkan pengetahuan yang benar?” sambung orang awam itu, penuh hasrat dalam ketidaktahuannya. “Mudah saja,” jawab filsuf itu, “ketahuilah apa yang kau tahu dan ketahuilah apa yang kau tidak tahu.”
Istilah filsafat sering digunakan secara popular dalam kehidupan sehari-hari, baik secara sadar atau tidak disadari.  Dalam penggunaan yang popular, filsafat dapat diartikan sebagai pendirian hidup (individu), dan dapat juga disebut pandangan hidup (masyarakat). Secara popular misalnya kita sering berkata:”Pancasila adalah merupakan satu-satunya filsafat hidup banngsa Indonesia.  Dalam pengertian lain, filsafat diartikan sebagai interprestasi atau evaluasi terhadap apa yang penting atau yang berarti bagi hidup.
Filsafat dapat dipelajari secara akademik yang artikan sebagai pandangan yang kritis yang sedalam-dalamnya sampai keakar-akarnya (radix) mengenai seuatu yang ada dimuka bumi Filsafat juga dapat  diartikan sebagai suatu pandangan yang sistematik dan inklusif tentang alam semesta di mana manusia ada di dalamnya. 
  Filsafat merupakan induk dari segala pengetahuan, memandang  dunia dan alam semesta sebagai keseluruhan.  Afanagef, seorang ahli piker Marxist berkebangsaan Rusia menulis sebagai berikut “Science is the system of man’s knowledge on nature society and though.  It reflect the world in concepts, categories and law, the correctness and truth of which are verified by practical experience “(ilmu pengetahuan adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran. Ilmu bersifat analitis, ilmu pengetahuan hanya menggarap salah satu lapangan sebagai objek formalnya.  Sedangkan filsafat belajar dari ilmu pengetahuan dengan menekankan keseluruhan dan sesuatu (sinoptis), karena keseluruhan mempunyai sifat sendiri yang tidak ada pada bagian-bagiannya.  Semua ilmu sudah terlebih dahulu dibicarakan dalam filsafat.  Bahkan beberapa ilmu pengetahuan lahir dari filsafat, berarti ilmu yang memisahkan diri dari filsafat.  Misalnya matematika, astronomi, fisika, kimia, biologi, psikologi dan sosiologi. 
Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup 3 segi yaitu : Logika, etika dan estetika, kemudian cabanng utama filsafat bertambah lagi menjadi bidang kajian yang lebih spesifik diantaranya filsafat ilmu yang  mencakup : Epistemologi (filsafat Ilmu Pengetahuan), etika (filsafat moral), Estetika (Filsafat Seni), Metafisika, Ilmu,  Politik ( filsafat pemeritahan), Filsafat Agama, filsafat ilmu dan sebagainya.   Setiap cabang pengetahuan memiliki ciri masing-masing yang memiliki permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat khas.  Sehingga manusia berpikir secara karakteristik
1.      Menyeluruh berarti bahwa ilmuwan tidak puas mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Ia ingin melihat hakekat ilmu dalam konstalasi ilmu pengetahuan yang lain. (umum untuk multidimensi)
2.      Mendasar berarti bahwa manusia ingin mencari kebenaran ilmu itu sendiri. Caranya dengan menghayati kahakikian hubungan antara manusia, Tuhan, dan gejala alam yang diamati. (fundamental/hakekat)
3.      Spekulasi berarti bahwa semua pengetahuan yang ada pada awalnya didasarkan pada keragu-raguan. Manusia berusaha untuk mencari kemisteriannya namun menyadari bahwa manusia tidak dapat mengetahui kepastian gejala tersebut secara utuh karena keterbatasan kemampuan indra manusia untuk menangkapnya. (dibatasi oleh ruang dan waktu)

B.     MANUSIA  MAHLUK EKONOMI
Secara simbolik manusia memakan buah pengetahuan lewat Adam dan Hawa dan setelah itu manusia harus hidup berbekal pengetahuan ini. Dia mengetahui yang mana yang benar dan mana yang salah, yang mana yang baik dan mana yang buruk, serta mana yang indah dan mana yang jelek. Secara terus menerus dia dipaksa harus mengambil pilihan: mana jalan yang benar dan mana jalan yang salah, mana tindakan yang baik dan mana tindakan yang buruk, dan apa yang indah dan apa yang jelek. Dalam melakukan pilihan ini manusia berpaling kepada pengetahuan.
Manusia adalah satu-satunya mahluk yang mengembangkan pengetahuan ini secara sungguh-sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas untuk kelangsungan hidupnya (survival). Seekor kera tahu, buah jambu yang mana yang yang jelek. Seekor anak tikus tahu kucing yang mana yang ganas. Anak tikus ini tentu saja diajari induknya untuk sampai pada pengetahuan bahwa kucing itu berbahaya. Tetapi juga dalam hal ini, berbeda dengan tujuan pendidikan manusia, anak tikus hanya diajari hal-hal yang menyangkut kelangsungan hidupnya.
Manusia mengembangkan pengetahuannya lebih daripada sekedar untuk memenuhi kebutuhan kelangsungan hidup ini. Dia memikirkan hal-hal baru, menjelajah ufuk baru, karena dia hidup bukan sekedar untuk kelangsungan hidup, melainkan lebih dari itu. Manusia mengembangkan kebudayaan; manusia memberi makna kepada kehidupannya, manusia “memanusiakan” diri dalam hidupnya, dan masih banyak lagi pernyataan semacam ini. Semua itu pada hakekatnya menyimpulkan bahwa manusia itu dalam hidupnya mempunyai tujuan tertentu yang lebih tinggi dari sekedar mempertahankan kelangsungan hidupnya. Inilah yang menyebabkan manusia mengembangkan pengetahuannya, dan pengetahuan ini jugalah yang mendorong manusia menjadi mahluk yang bersifat khas di muka bumi ini.
Pengetahuan ini dapat dikembangkan manusia karena dua hal utama, yakni, pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Seekor 20 beruk bisa saja memberikan informasi kepada kelompoknya bahwa ada segerombolan gorila datang menyerang, namun bagaimanapun berkembang bahasanya, dia tidak mampu mengkomunikasikan kepada beruk-beruk lainnya, jalan pikiran yang analitis mengenai gejala tersebut. “Tak ada seekor anjing pun”, kata Bertrand Russel, “yang berkata kepada temannya? „ayahku miskin namun jujur‟. “Kalimat ini berasal dari drama Shakespeare yang terkenal. “Dan tak ada seekor anjing pun” sambung Adam Smith, “yang secara sadar tukar menukar tulang dengan temannya”. Adam Smith dalam hal ini berbicara tentang prinsip ekonomi, yang melandasi proses pertukaran yang dilakukan Homo economicus, yang mengembangkan pengetahuan berupa ilmu ekonomi.
Sebab yang kedua adalah mengapa menusia mampu mengembangkan pengetahuannya denga cepat dan mantap, adalah kemampuannya untuk berpikir menurut suatu alur kerangka pikir tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran. Binatang mampu berpikir namun tidak mampu berpikir nalar. Beda utama antara seorang profesor fisika nuklir dengan anak kecil yang membangun bom atom dari pasir di “kelompok bermain” (play group) tempat dia melakukan “risetnya”, terletak pada kemampuan penalarannya. Instink binatang jauh lebih peka daripada instink seorang insinyur geologi, mereka sudah jauh-jauh berlindung ke tempat yang aman sebelum gunung meletus. Namun binatang tak bisa menalar tentang gejala tersebut: mengapa gunung meletus, faktor apa yang menyebabkan, apa yang dapat dilakukan untuk mencegah semua itu terjadi.
Dua kelebihan inilah yang memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannya, yakni bahasa yang bersifat komunikatif dan pikiran yang mampu menalar. Tentu saja tidak semua pengetahuan berasal dari proses penalaran, sebab berpikir pun tidak senantiasa bernalar. Manusia bukan semata-mata mahluk yang berpikir, merasa dan mengindera. Dan totalitas pengetahuannya berasal dari ketiga sumber tersebut, di samping wahyu: yang merupakan komunikasi Sang Pencipta dengan mahluknya.
“Memang penalaran otak luar biasa”, simpul cendekiawan Bos Bubalus membacakan makalahnya (di klinik Fakultas Kedokteran Hewan, Jalan Taman Kencana, Bogor). “Meskipun penelitian kami menunjukkan, bahwa secara kimia dan fisika, otak kerbau mirip otak manusia ………. tapi, orang itu curang, suka serakah, dan gemar mencuri makanan”.
            Selaras dengan dasarnya yang spekulatif, maka dia menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia.  Sesuai dengan fungsinya sebagai pionir dia mempermasalahkan hal-hal yang pokok: terjawab masalah yang satu, dia pun mulai merambah pertanyaan lain.  Seorang professor mengkaji filsafat dengan sajak dibawah ini :
-          What is a man
-          What is ?
-          What
            Segenap pemikiran ahli-ahli filsafat sejak zaman Yunani Kuno sampai sekarang yang rupa-rupanya tak kunjung selesai mempermasalahkan mahluk yang satu ini.  Mendeskripsikan pemikiran sehingga membentuk pengetahuan (ilmu), misalnya ilmu-ilmu social, mempunyai asumsi tertentu tentang manusia yang menjadi lakon utama dalam kajian keilmuannya.  Ilmu ekonomi mempunyai asumsi bahwa manusia adalah makhlum ekonomi yang bertujuan mencari kenikmatan sebesar-besarnya dan menjauhi ketidaknyamanan.  Dia adalah mahluk hedonis yang serakah; atau dalam proposisi ilmiah; mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya.
            Munculnya ilmu ekonomi karena adanya komunikasi dan hasil pemikiran bahwa kebutuhan manusia itu tidak terbatas akan tetapi sumber daya yang ada dimuka bumi ini terbatas.  Oleh karena itu manusia mempelajari bagaimana agar dapat memperdayakan sumber daya yang ada semaksimal mungkin sehingga kebutuhan manusia dapat dipuaskan. 
            Ilmu ekonomi bertujuan menelaah hubungan manusia dengan benda/jasa yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, Manusia dalam filsafat disebut mahluk mikro dan makro maka cocoklah manusia adalah mahluk homo oeconomicus, mahluk yang sangat kompleks. Merekalah subjek yang  dibicarakan dalam filsafat.  Bagaimana seorang individu mengolah pola pikirannya kearah logika (benar-salah), Etika (baik dan estika (indah-tidak) yang tidak dapat dipisahkan sebagai mahluk yang berketuhanan dan hidup di alam dimana mahluk ini mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan yang ada disekitar hidupnya.  Menganalisa segala permasalahan sesuai dengan konsep filsafat secara umum.
      Dijelaskan pula bahwa filsafat merupakah induk segala ilmu karena  kita membicarakan khusus mengenai hubungan filsafat, ilmu ekonomi yang merupakan cabang ilmu social dalam filsafat.  Ilmu ini memandang manusia mahluk individu dan social (bermasyarakat). Manusia  tidak hanya mengerti akan dunia diluarnya tetapi harus tahu akan dirinya sendiri pula, ia tidak hanya dapat berpikir tentang dunia, melainkan juga dirinya sendiri.
            Menurut Abraham Maslow kebutuhan manusia dapat dibedakan ke dalam 5 tingkatan yaitu :
o    Kebutuhan fisiologi (physiological needs)
      Adalah kebutuhan fisik manusia yang paling mendasar, termasuk pangan, air dan seks.  Dalam rancangan organisasi, ini refleksikan sebagai kebutuhan atas kecukupan panas, udara, dan gaji pokok untuk menjamin kelangsungan hidup
o   Kebutuhan akan rasa aman (safety needs)
      Adalah kebutuhan untuk keselamatan dan jaminan lingkungan fisik, serta emosional dan kebebasan dari ancaman yaitu, untuk kebebasan dari kekerasan dan untuk terciptanya masyarakat yang tertib.  Dalam sebuah organisasi tempat kerja, kebutuhan keselamatan merefleksian kebutuhan akan keselamatan kerja, tunjangan tambahan, dan jaminan kerja.
o   Kebutuhan Penerimaan (belongingness needs)
      Kebutuhan ini merefleksikan hasrat untuk diterima sesama, mempunyai ikatan pertemanan, menjadi bagian dari sebuah kelompok, dan dicintai.  Dalam organisasi, kebutuhan ini mempengaruhi hasrat untuk mempunyai hubungan baik dengan rekan sekerja, partisipasidalam kelompok kerja dan hubungan positif dengan penyelia.
o   Kebutuhan penghargaan (esteem needs)
      Kebutuhan ini berhubungan dengan hasrat untuk memiliki kesan positif dan menerima perhatian, pengakuan dan apresiasi dari orang lain.  Dalam organisasi kebutuhan penghargaan merefleksikan motiasi untuk pengakuan peningkatan tanggung jawab, status yang tinggi dan penghargaan bagi kontribusi pada organisasi.
o   Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization)
      Mempresentasikam kebutuhan bagi pemenuhan diri yang merupakan kategori kebutuhan tertinggi.  Hal ini menekankan pada potensi, peningkatkan kompetensi seseorang, dan menjadi orang yang lebih baik.  Kebutuhan aktualisasi diri dapat dijumpai pada organisasi yang memberikan seseorang peluang untuk tumbuh, kreatif, dan memperoleh pelatihan untuk penugasan dan peningkatan yang menantang.
            Menurut teori Maslow, urutan paling bawah dari hirarki  kebutuhan menjadi prioritas, manusia harus dipuaskan sebelum urutan kebutuhan yang lebih tinggi.  Kebutuhan yang paling mendasar adalah kebutuhan fisiologis (pangan, air, seks, kesejukan, udara dan gaji pokok).  Dari kebutuhan dasar saja  timbul berbagai macam teori dari berbagai ahli agar kebutuhan ini terpuaskan, untuk mencari pembenaran atas sebuah pertanyaan.
            Manusia dalam memenuhi kebutuhannya diungkapkan pula oleh Adam Smith (1723-1790) dalam bukunya yang berjudul “An Inquiry into the nature and causes of the wealth of nations”, yaitu manusia merupakan mahluk ekonomi (Homo Economicus) yang cenderung tidak pernah merasa puas dengan apa yang diperolehnya dan selalu berusaha secara terus menerus dalam memenuhi kebutuhan.   Sebagai mahluk ekonomi manusia selalu bertindak rasional artinya selalu memperhitungkan (untung-rugi) dalam mengmbil suatu keputusan dalam rangka memenui kebutuhannya sehingga tidak merugkan diri sendiri.  Sedangkan factor ekstern yang mempengaruhi prilaku manusia dalam memenuhi kebutuhannya adalah : lingkungan, adat istiadat, kebijakan pemerintah, mode/trend, kemajuan teknologi dan kebudayaan, dan keadaan alam.
            Mahluk ekonomi cenderung menggunakan prinsip-prinsip ekonomi dalam aktivitasnya :
·         Homo homini lupus = manusia menjadi serigala bagi manusia lainnya (maksudnya manusia merugikan/membuat kelicikan/kejahatan terhadap manusia lainnya
·         Homo homini socius = manusia menjadi kawan bagi manusia lainnya
·         Aristoteles (seorang filsuf Yunani) menyatakan bahwa manusia adalah mahluk yang selalu bermasyarakat (zoon politicon).
Ciri manusia sebagai mahluk ekonomi  yaitu cenderung melakukan tindakan ekonomi atas dasar kepentingan sendiri, cenderung melakukan tindakan ekonomi secara efisien (selalu memikirkan perbandingan antara apa yang dikorbankan/dikeluarkan dengan apa yang akan dicapai/hasilnya), cenderung memilih suatu kegiatan/aktifitas yang paling dekat dengan pencapaian tujuan yang diinginkan.  Kecenderungan ini disebabkan karena keinginan atau kebutuhan manusia yang bertambah sedangkan sumberdaya/pemuas sifatnya terbatas. 
Dalam upaya memenuhi keterbatasan inilah manusia menggunakan akal pikiran, Alam dan ketuhanan (filsafat). Manusia menciptakan, mengkonsep teori-teori yang mampu memecahkan segala persoalan yang dihadapi dalam  Ekonomi.  Sehingga muncul teori-teori ilmu ekonomi mikro dan makro.  Teori-teori ekonomi mikro, adalah studi tentang prilaku ekonomi andan dan perilaku ekonomi orang lain yang membuat pilihan seperti apa yang harus dibeli, apa yang harus dijual, berapa lam harus bekerja, berapa lama harus bermain, berapa lama harus meminjam, dan berapa lama harus ditabung.  Ilmu ini juga mempelajari factor-faktor yang mempengaruhi pilihan ekonomi secara individual dan cara pilihan dari pelaku ekonomi dikoordinasikan oleh pasar.   
Sedangkan teori-teori ekonomi makro, membahas permasalahan ekonomi mengenai keseluruhan kegiatan perekonomian analisanya bersifat global dan tidak memperhatikan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh unit-unit kecil dalam perekonomian (ilmu ekonomi mikro diibaratkan ‘puzzle’ sedangkan ilmu ekonomi makro menggabungkan potongan-potongan menjadi keseluruhan).  Seperti masalah kebijakan-kebijakan moneter dan fiscal.
Ekonomi (dan ilmu-ilmu lain) merupakan penelusuran akal manusia untuk dapat memecahkan berbagai masalah yang dihadapi manusia agar manusia dapat bertahan hidup, dan proses penelusuran ilmu ekonomi ini dapat dikatakan sebagai sebuah FILSAFAT.  Sehingga dapat dikatakan bahwa manusia adalah mahluk ekonomi.  Manusia bahkan bertransaksi secara ekonomi dengan tuhannya: “Tuhan, aku berikan ibadahku padamu, Anda berikan pahalaMu kepadaku”

















Daftar Pustaka


Daft, L Richard,  Manajemen Jilid 2.  Edisi ke 5. Penerbit Erlangga. Jakarta. 2002

McEACHERN, William A. Ekonomi Makro pendekatan kontemporer. Salemba
Empat. Jakarta. 2000

McEACHERN, William A. Ekonomi Mikro pendekatan kontemporer. Salemba
Empat. Jakarta. 2000

Salam, Burhanuddin. Pengantar Filsafat. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. 2005

Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. 2004



Tidak ada komentar:

Posting Komentar